Sabtu, September 29, 2012

METODE DAN PEDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
MUHAMMAD NANANG QOSIM

I.    PENDAHULUAN

Bahasa Adalah sebuah kebutuhan, psikologis, dan Sosiologis yang berupa bunyi dan sistem simbol untuk mengungkapkan kebutuhan dan keinginan secara arbitrer.
Kemahiran seseorang dalam suatu bahasa tidak menjamin kemahirannya mengajarkan bahasa tersebut kepada orang lain mahir berbahasa adalah satu hal dan mahir mengajarkan bahasa adalah hal yang lain. Seorang guru bahasa arab harus menguasai setidak-tidaknya tiga halyaitu : (1) kemahiran berbahasa arab, (2) pengetahuan tentang bahasa arab, dan (3) ketrampilan mengajarkan bahasa arab. (fuad efendy, metodologi pengajaran bahasa arab, 2005).
    Penguasaan bahasa lebih dari satu, yang biasa di sebut bilingualisme untuk penguasaan dua bahasa dan multilingualisme untuk lebih dari dua, mempunyai sifat-sifat yang khas. Dari kekhasan perlu adanya pendekatan untuk menciptakan kecakapan. Dalam hal ini kecakapan bahasa arab yaitu ; menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari empat kecakapan tersebut penulis memilih kecakapan berbicara dalam konteks percakapan berbahasa arab.
    Sebagaimana kajiannya adalah percakapan bahasa arab, maka perlu pembatasan yang berupa ; Dasar-dasar teoritis pengajaran, metode dan teknik pengajaran, dan evaluasi.

A.    Dasar-dasr teoritis pengajaran bahasa
Sebagaimana disebutkan dimuka, pengajaran bahasa dibangun atas landasan teori-teori ilmu jiwa, dan ilmu linguistik. Psikologi menguraikan bagaimana orang belajar sesuatu. Linguistik memberikan informasi tentang seluk beluk bahasa. Informasi dari keduanya di ramu menjadi suatu cara atau metode yang memudahkan proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan tertentu.

1.    Teori – teori Psikologis
Para ahli psikologi pembelajaran sepakat bahwa dalam proses belajar mengajar terdapat unsur-unsur; internal yaitu bakat, minat, kemauan dan pengalaman terdahulu dalam diri pemebelajar, dan eksternal yaitu lingkungan, guru, buku teks dsb. Yang menjadi pokok perselisihan adalah jawaban terhadap pertanyaan yang berupa unsur manakah yang menjadi faktor dominan atau paling besar pengaruhnya dalam proses pembelajaran?
Jawaban atas pertanyaan ini bisa ditelusuri melalui dua mazhab psikologi yakni mazhab behaviorisme dan mazhab kognitive. Madzhab pertama memberikan perhatian lebih besar kepada faktor-faktor eksternal. Sedangkan madzhab kedua lebih memfokuskan perhatiannya kepada faktor internal.

    1. Mazhab Behaviorisme
Pelopor mazhab ini adalah ilmuwan Rusia Pavlov (1849 – 1939) yang termasyhur dengan teorinya yang menghubungkan stimulus primer (makan) dan stimulus sekunder ( nyala lampu dan bunyi lonceng) dengan respon (keluarnya air liur) anjing yang di jadikan sebagai hewan percobaannya. Berdasarkan penelitian Pavlov, air anjing mengalir pada saat lampu menyala meskipun tanpa ada makanan. Ilmuwan berikutnya adalah Edward L. Thorndike dalam studinya, ia mengemukakan dengan teori “hukum Efek”nya yang memeberikan perhatian kepada ganjaran dan hukuman (reward and punishment). Menurutnya ganjaran memperkuat hubungan anatara stimulus dan respon, sebaliknya hukuman melemahkannya. B.F. Skinner berpendapat serupa, tapi dia memakai istilah penguatan (reinforcement) menggantikan ganjaran. Skinner berpendapat bahwa ganjaran atau penguatan bukan saja memperkuat hubungan antara stimulus dan respon tapi juga memotivasi untuk belajar merespon.
    Dari penjabaran tersebut tampak jelas bahwa yang menjadi perhatian utama para penganut mazhab behaviorisme dalam pemebelajaran adalah faktor eksternal dan bahwa merekayasa lingkungan pemebelajaran adalah cara efektif untuk mencapai tujuan.
    Dalam pengajaran bahasa, mazhab behaviorisme melahirkan pendekatan audio lingual. Dalam pendekatan ini peran guru sangat dominan karena dialah yang memilih bentuk stimulus, memeberikan ganjaran dan hukuman dan memeberikan penguatan , menentukan jenisnya, dan guru pula memilih buku, materi dan cara mengajarkannya. Bahkan menentukan jawaban atas perntanyaan yang di ajukan kepada pembelajar.
    2. Mazhab Kognitif
Mazhab kognitif menegaskan pentingnya keaktifan pembelajar. Pembelajarlah yang mengatur dan menentukan proses pemebelajaran. Lingkungan bukan bukanlah penentu awal dan akhir positif atau negatifnya hasil pemebelajaran. Menurut pandangan ini, seseorang ketika menerima stimulus dari lingkungannya, dia melakukan pemilihan sesuai dengan minat dan keperluannya, menginterprestasikannya, menghubungkannya, dengan pengalaman terdahulu, baru kemudian memilih alternatif respon yang paling sesuai.

2.    Teori – teori Ilmu Bahasa
Pengembangan linguistik mempunyai pengaruh yang tak sedikit atau membawa konsekuensi perubahan – perubahan dalam pengembangan desain pengajaran bahasa. Sumbangan ini terwujud pada hasil temuan linguitik yang berupa deskripsi bahasa. Bahasa yang dapat dipakai atau berguna bagi pengajaran bahasa.
    a). Aliran struktural
Munculnya ketidakpuasan terhadap hasil-hasil analiasis secara tradisional, menyebabkan para ahli menelusuri bentuk-bentuk baru cara mengajarkan aspek bahasa. Kemudian lahirlah tata bahsa struktural yang mengakar pada filsafat behaviorisme.
Aliran ini dipelopori oleh linguis dari swis Ferdinand De Saussure tapi dikembangkan lebih lanjut secara signifikan oleh Leonard Bloomfield. Dialah yang meletakan dasar-dasar linguistik struktural berdasarkan penelitian-penelitian dengan menggunakan metode penelitian ilmiah yang lazim digunakan dalam sains.
    Beberapa teori tentang bahasa menurut mazhab ini dapat disebutkan anatara lain ; 1. bahasa itu pertama-tama adalah ujaran, 2. kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan yang ditunjang dengan latihan dan penguatan, 3. setiap bahasa memiliki sistemnya sendiri yang berbeda dengan bahasa lain, oleh karena itu menganalisis suatu bahasa tidak bisa memakai kerangka yang di gunakan untuk menganalisis bahasa lainnya, 4. setiap bahasa memeiliki sistem utuh dan cukup untuk mengekspresikan maksud dari penuturnya, oleh karena itu tidak ada satu bahasa yang paling unggul atas bahasa yang lainnya. 5. Semua bahasa yang hidup dan berkembang mengikuti perubahan zaman terutama karena terjadinya kontak dengan bahasa lainnya. Oleh karena itu kaidah-kaidahnya pun bisa mengalami perubahan. Dan 6. Sumber pertama dan utama kebakuan bahasa adalah penutur bahasa tersebut, bukan lembaga ilmiah, pusat bahasa atau mazhab-mazhab gramatika. (Fuad Efendy, Fuad Efendy, metodologi pengajaran bahasa arab 2005 hal. 10).
    b). Aliran Generatif – Transformatif
Linguistik transformasi lahir sebagai reaksi atas ketidak puasan terhadap pemikiran – pemikiran dan prosedur analisis bahasa yang dikembangkan oleh aliran struktural. Tokoh aliran ini adalah Noam Chomsky.
Chomsky berpendapat bahwa bahasa merupakan aktivitas mental, sedangkan rangsangan itu semata-mata sebagai penyentil saja untuk mengaktifkan kemampuan dasar berbahasa seseorang yang disebut dengan (language Acquisition Devise).
Perhatian Utama dari teori ini adalah usaha mendeskripsikan kompetensi pemakai bahasa berupa pengetahuan yang dimiliki oleh pemakai dalam keadaan sebenarnya. (Fuad Efendy, metodologi pengajaran bahasa arab 2005 hal. 14-15).

B.    Bahasa dan Usia
Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar bahasa arab. Faktor-faktor yang datangnya dari individu dapat di golongkan dalam dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal antara lain, umur, bakat, kemampuan inteletual, minat kepribadian, keaktifan dll. Yang tergolong faktor-faktor eksternal antara lain yang tercakup dalam situasi lingkungan kelas, atau lingkungan formal, dan lingkungan bahasa atau penutur bahasa asli.
Usia merupakan salah satu rintangan sosial yang membedakan kelompok-kelompok manusia. Kelompok manusia ini akan memungkinkan timbulnya dialek sosial yang sedikit banyak memberikan warna tersendiri pada kelompok itu. Usia akan mengkelompokan masyarakat menjadi kelompok kanak-kanak, kelompok remaja, kelompok dewasa. Tentu saja batas usia itu tidak bisa secara tepat kita pastikan.

1.    Kelompok Anak-anak
Anak mulai belajar berbicara pada uisa kurang lebih 18 bulan, dan usia kurang lebih tiga setengah tahun si anak boleh dikatakan sudah menguasai “tata bahasa” bahasa ibunya, sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan orang dewasa secara sempurna. Pada masa awal perkembangannya bahasa anak-anak itu mempunyai ciri antara lain penyusutan (reduksi). (Sumarsono, Sosiolinguistik. 2010 hal. 136)
Pada anak usia sekitar 7 tahun biasanya sudah masuk SD. Setelah SD kepada mereka diajarkan ketrampilan suatu bahasa. Paling tidak dua kemungkinan bisa terjadi. Pertama, mereka diajar bahasa yang sebenarnya meruapakan bahasa ibu mereka sendiri. Kedua, mereka diajari bahasa lain yang berbeda dengan bahasa ibu. Bahasa lain itu akhirnya sebagai bahasa kedua atau bahasa asing. (Sumarsono, Sosiolinguistik. 2010 hal. 148)
2.    Kelompok Remaja
Masa remaja, ditinjau dari segi perkembangan, merupakan masa kehidupan manusia yang paling menarik dan mengesankan. Masa remaja mempunya ciri antara lain petualangan, pengelompokan  (klik), “kenakalan”. Ciri ini tercermin pula dalam bahasa mereka. (Sumarsono, Sosiolinguistik. 2010 hal. 150)
3.    Kelompok Dewasa
Bahasa Akuisisi oleh orang dewasa adalah belajar bahasa, disengaja melelahkan, proses intelektual yang jarang, jika pernah, hasil dalam kelancaran total asli diperoleh begitu alami oleh anak kecil, terlepas dari kemampuan intelektual atau motivasi pribadi. (www.eslbase.com/articles/language-acquisition-adults diakses tanggal 10 april 2011 )


II.    PEMBAHASAN

Sebelum kita berbicara tentang metode-metode pengajaran bahasa, ada baiknya berbicara dulu tentang beberapa istilah yang lazim di gunakan dalam pembelajaran bahasa, khususnya bahasa asing sebagai bahasa tujuan. Setidaknya ada tiga istilah terkategori secara bertingkat dalam melakukan proses pembelajaran bahasa. Istilah itu adalah : pendekatan, metode, dan teknik.
Pendekatan pembelajaran adalah tingkat pendirian filosofis mengenai bahasa, belajar, dan mengajar. (Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran bahasa arab, 2011 hal. 167). Menurut al Naqah (2006) dalam Acep hermawan (2011), pendekatan pada hakekatnya adalah sekumpulan asumsi tentang proses belajar mengajar yang dalam bentuk pemikiran aksiomatis yang tak perlu diperdebatkan.
Metode Pembelajaran adalah tingkat perencanaan program yang bersifat menyeluruh yang berhubungan erat dengan langkah-langkah penyampaian pelajaran secara prosedural, tidak saling bertentangan, dan tidak bertentangan dengan pendekatan. ( Abd Rozaq, 2007 dalam Acep hermawan 2011).
Teknik pembelajaran lebih bersifat aplikatif, karena itu sering disebut gaya pembelajaran. Dikatakan demikian karena aspek ini bersentuhan langsung dengan kondisi nyata seoarang guru dalam menjabarkan metode ke dalam langkah-langkah aplikatif.
A.    Pendekatan Komunikatif
Pendekta komunikatif berdasarkan konsep audio lingual digunakan secara luas sampai awal tahun enampuluhan. Setelah itu, para ahli dan praktisi merasa tidak puas karena para pelajar, setelah belajar beberapa ahun, tetap belum lancar berkomunikasi dalam bahasa taget. Sedangkan para ahli linguistik mengecam dari sisi landasan teoritisnya. Seperti kita etahui, pendekatan aual oral atau metode audio lingual didasarkan atas teori tata bahasa strukturalisme dan teori ilmu jiwa behaviorisme.
B.    Metode ketrampilan percakapan
Ketrampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa ide, pendapat, keinginan atau perasaan kepada mitra bicara. Dalam makna yang lebih luas, berbicara merupakan suatu system tanda-tanda yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia untuk menyampaikan pikiran dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Bahkan menurut tarigan (1994 / II : 15) berbicara merupakan kombinasi factor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantic, dan linguistic secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi control social.
    Secara Umum ketrampilan berbicara bertujuan agar para pelajar mampu berkomunikasi lisan secara baik dan wajar mengandung arti menyampaikan pesan kepada orang lain dalam cara yang secara social dapat diterima. Namun tentu daja mencapai tahap kepandaian berkomunikasi diperlukan aktivitas-aktivitas latihan yang memadai dan mendukung. Aktivitas-aktivitas seperti itu bukan perkara mudah bagi pemebelajaran bahasa, sebab harus tercipta dahulu lingkungan bahasa yang mengarahkan para pelajar kea rah sana. Subayakto Nababan (1993: 175) dalam Acep Hermawan (2011 : 136) membagi aktivitas ini kedalam dua kategori, yaitu pra-komunikatif dan komunikatif.
1.    Latihan Pra-komunikatif
Latihan pra komunikatif tidak berarti bahwa latihan-latihan yang dilakukan belum komunikatif, tetapi dimaksudkan membekali para pelajar kemampuan-kemampuan dasar dalam berbicara yang sangat diperlukan ketika terjun di lapangan, seperti latihan penerapan pola dialog, kosakata, kaidah, mimic muka, dan sebagainya.
Ada beberapa teknik yang mungkin dilakukan dalam latihan pra-komunikatif, anatra lain: Dialog , praktek pola, dan karangan lisan.
a.    Hapalan Dialog
Teknik ini merupakan latihan meniru dan menghapalkan dialog-dialog mengenai berbagai macam situasi dan kesempatan. Melalui latihan ini digharapkan pelajar dapat mencapai kemahiran yang baik dalam percakapan dalam percakapan yang dilakukan secara wajar dan tidak dibuat-buat. Walaupun awalnya memang dipola berdasarkan hapalan, namun jika dilakukan latihan secara terus menerus lama kelamaan akan menjadi kemampuan berkomunikasi secara wajar.
b.    Dialog Melalui gambar
Teknik ini diberikan agar para pelajar dapat memahami fakta melalui gambar yang diungkapkan secara lisan sesuai tingkatan mereka. Guru dalam hal ini membawa gambar-gambar dan menunjukan satu persatu kepada pelajar sambil bertanya, lalu para pelajar menjawab sesuai gambar yang ditunjukan, misalnya :

Jawaban    Pertanyaan        Jawaban    Pertanyaan
هذا تلميذ    من هذا؟        هذا قلم    ما هذا؟
هذاه تلميدة    من هذه؟        هذه مرسمة    ما هذه؟
ذالك سائق    من ذالك؟        ذالك مكتب    ما ذالك؟
تلك طبيبة    من تلك؟        تلك كرّاسة    ما تلك؟

c.    Dialog terpimpin
Teknik ini diberikan agar para pelajar mampu melengkapi pemebicaraan sesuai situasi tertentu yang dilatihkan. Dalam hal ini guru memeberikan contoh Tanya jawab dalam bahasa arab, misalnya tentang “nonton film di bioskop”. Dalam Tanya jawab ini dikemukan contoh cara merespon/menjawab, setelah itu guru memberikan kalimat kepada para pelajar untuk direspon sebagaimana contoh, misalnya :

Jawaban    Pertanyaan
انا ايضا أريد ان أذهب إلى السنيما مساء    أريد ان أذهب إلى اسنيما، و انت؟
لن اذهب إليه، عندي واجبات منزلية كثيرة   

d.    Dramatisasi Tindakan
Teknik ini diberikan agar para pelajar dapat mengungkapkan suatu aktivitas secara lisan. Dalam hal ini guru melakukan tindakan tertentu seperti tersenyum, tertawa, duduk, dan sebaginya sambil bertanya, misalanya :

Jawaban    Pertanyaan
انت تتبسم    مذا أعمل؟
انت تضحك   
انت تجلس على كرسي   


2.    Latihan Komunikatif
Latihan komunikatif adalah latihan yang lebih mengandalkan kreatifitas para pelajar dalam melakukan latihan. Pada tahap ini keterlibatan guru secara langsung mulai dikurangi untuk memberi kesempatan kepada mereka mengembangkan kemampuan sendiri. Para pelajar pada tahap ini ditekankan untuk lebih banyak berbicara daripada guru. Sedangkan penyajian latihan diberikan secara bertahap, dan dianjurkan agar materi latihan dipilih sesuai dengan kondisi kelas. Secara psikologis memang setiap kelas memiliki kecenderungan, pandangan dan kemampuan kolektif yang tidak sama, oleh sebab itu guru harus pandai memanfaatkan kondisi ini agar setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan setidaknya memberikan kegairahan kepada mereka.
Beberapa aktivitas yang memungkinkan dilakukan dalam latihan komunikatif secara bertahap adalah sebagai berikut :
a.    Percakapan kelompok
Peralatan yang harus disediakan adalah tape recorder untuk merekam semua percakapan. Dalam satu kelas para pelajar di bagi ke dalam kelompok-kelompok sesuai kebutuhan. Setiap kelompok diberi judul cerita yang sederhana. Sebelum latihan dilaksanakan para pelajar diperkenankan untuk berunding dengan teman-teman sekelompoknya. Didalam latihan ini para pelajar berganti-ganti mengatakan sesuatu yang disambung oleh teman-teman sekelompoknya sehingga menjadi sebuah cerita yang lengkap. Semua kegiatan percakapan direkam sehingga dapat didengarkan lagi. Guru dalam latihan ini berkeliling dari kelompok lainnya dan menjawab pertanyaan jika para pelajar meminta. Setelah kegiatan selesai, rekaman selanjutnya diputar kembali untuk didiskusikan dengan para pelajar, baik mengenai isi, pola, intonasi, dan sebagainya.
b.    Bermain peran
Pada aktivitas ini guru memberikan tugas peran tertentu yang harus dilakukan oleh para pelajar. Peran yang diberikan harus disesuaikan dengan tingkat penguasaan bahasa para pelajar. Tentu saja peran yang diberikan kepada tingkat pemula tidak sama dengan yang diberikan kepada tingkat menengah dan lanjutan. Misalnya guru memberikan tugas : Ragakanlah! Jika kamu seorang guru dan maman sebagai muridmu. Apa yang akan dikatakan jika kalian bertemu dijalan?Misalanya percakapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

مامن    :    السلام عليكم، يا أستاذ؟
أستاذ    :    و عليكم السلام ورحمة الله وبركاته، إلي اين تذهب يا مامن؟
مامن    :    اريد ان أشتري الأدوات المدرسية، يا استاذ
أستاذ    :    مذا تحتج إليه، يا مامن؟
مامن    :    أحتج إلى الكراّسة، والقلم، والمرسمة، والمسطرة
أستاذ    :    وافقتك السلامة
مامن    :    آمين
Bermain peran ini merupakan teknik yang sangat berguna dalam melatih perilaku berbahasa. Pemberian tugas ini dapat dilakukan sangat dengan mulai dari cara sederhana sampai kepada yang rumit yang memerlukan penguasaan pola-pola kompleks.
   
c.    Praktek ungkapan social
Ungkapan social maksudnya adalah perilaku-prilaku social saat berkomunikasi yang diungkapkan secara lisan, misalnya member hormat, mengungkapkan rasa kagum, gembira, ucapan perpisahan, member pujian, ucapan selamat, dan sebagainya. Pola-pola ungkpan ini dipraktekan dalam rangkaian pembicaraan pada situasi tertentu. Pola-pola ungkapan yang biasanya digunakan mislanya:
(alangkah indahnya lukisan Ini) – (ما أجمل هذه الصورة)
(semoga engkau selamat) – وافقتك السلامة))
(semoga engkau berhasil) – (اتمني لك انجاح)
(selamat hari raya idul fitri) – ( أهنئك بعيد الفطر المبارك)
d.    Praktek lapangan
Praktek lapangan maksudnya adalah berkomunikasi dengan penutur asli di luar kelas. Tentu saja aktivitas ini hanya bias dilakukan di tempat-tempat yang ada penutur aslinya bahasa arab. Praktek lapngan ini sangat berarti bagi perkembangan kemampuan bahasa arab, sebab berbicara dengan penutur aslinya secara tidak langsung dapat mengadakan koreksi berbahasa dalam berbagai aspek. Selain itu kegiatan berbicara dilapangan dapat dijadikan ukuran perkembangan belajar bahasa teersebut.
e.    Problem Solving
Problem solving atau pemecahan masalah biasanya dilakukan dalam bentuk diskusi. Aktivitas ini bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi, atau mengadakan sebuah kesepakatan tentang suatu rencana. Berdiskusi lebih tinggi tingkat kesulitannya dibandingkan dengan hiwar, sebab berdiskusi melibatkan kemampuan menganlisa, menilai, menyimpulkan fakta. Dalam aktivitas ini guru juga harus melihat tingkat kemampuan pelajar bahasa arab. Bagi tingkatan pemula tingkat permasalahan yang dipecahkan harus sederhana, tidak menutup kemungkinan aktivitas yang harus dilakukan pelajar berdasarkan bantuan imajinasi guru jika situasi menghendaki demikian.

III.    KESIMPULAN

    Kemahiran seseorang dalam suatu bahasa tidak menjamin kemahirannya mengajarkan bahasa tersebut kepada orang lain mahir berbahasa adalah satu hal dan mahir mengajarkan bahasa adalah hal yang lain. Seorang guru bahasa arab harus menguasai setidak-tidaknya tiga halyaitu : (1) kemahiran berbahasa arab, (2) pengetahuan tentang bahasa arab, dan (3) ketrampilan mengajarkan bahasa arab. Ketrampilan berbicara merupkan aspek terpenting dalam berkomunikasi, dalam hal ini berbagai metode dalam pengajaran percakapan, yaitu :
1. Latihan Pra-komunikatif
a.    Hapalan Dialog
b.    Dialog Melalui gambar
c.    Dialog terpimpin
d.    Dramatisasi Tindakan
2. Latihan komunikatif
a.    Percakapan kelompok
b.    Bermain peran
c.    Praktek ungkapan social
d.    Praktek lapangan
e.    Problem Solving
DAFTAR PUSTAKA

Efendy, Fuad. 2005. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang. Misykat
Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung. Rosda
DIK.SC. J.G. KOOLIJ. 1994. Ilmu Bahasa Umum. Jakarta. RULL
Tarigan, henry Guntur. 1986. Pengajaran Analisis konstratif Bahasa. Jakarta. Dirjen DIKTI
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya. Airlangga Press
Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan, landasan penyusunan Buku Pelajaran Bahasa. Ikip Semarang Press